Titik Balik: Ketika Blog Mengajarkan Banyak Hal

IMPIAN, siapa yang tidak punya impian dalam hidupnya meski hanya berupa keinginan berakhir angan? Sejak kecil kita selalu ditanya oleh guru soal apa cita-cita kita? Ingat, 'kan, betapa lantang dan percaya dirinya kita menjawab pertanyaan sederhana itu? Ya, lagi pula, anak kecil bebas berandai, dia belum tahu bagaimana bayangan kehidupan di masa depan.

Sayangnya, guru hanya bertanya cita-cita dan selalu memberikan motivasi templat, jangan menyerah dan mimpi harus dikejar—begitu katanya. Sontak, itu membuat kita hanya menganggukkan kepala. Makin beranjak dewasa, aku menyayangkan, mengapa guru tidak memberi tahu perihal jatuh dan susahnya meraih impian?

A Little Journey: My Dark Side and How I Found Writing


Kala itu Bu Endang selaku guru BK sedang 
mengajar dan bertanya pada kami—para murid. Sampai giliranku, beliau bertanya tentang cita-cita, kubilang ingin jadi penulis. Di era itu, marak para penulis menuliskan cerita bersambung di platform 'Catatan' Facebook, anak millenial pasti tahu. Sering membaca cerita bersambung dengan genre fiksi penggemar, membuatku tertarik untuk menulis. Ya, meskipun nyatanya masih amat amatir dan ala kadarnya.

Menuliskan tidak bertahan lama, sampai akhirnya menjadi siswi SMA, fokus di ekskul seni. 

Sampai lulus SMA, hidup benar-benar kosong. Ibarat warna, bukan seperti putih, melainkan hitam. Vina di kala itu tidak tahu harus apa dan bagaimana? Impian, apa itu impian? Nyatanya, tidak ada satu pun impian yang bisa kukejar. Aku tidak begitu pintar di akademis, aku tidak jago di non akademis. Lanjut kuliah? Tidak. Aku tidak begitu suka belajar dan enggan kuliah. Ditambah memang kondisi ekonomi sedang memburuk. Ya sudah, sekalian aku tidak mau menyusahkan bapak. 

Pertengahan 2016 sampai 2017, waktu kuhabiskan berdiam diri di rumah. Di rumah total. Tidak punya teman yang bisa diajak bicara. Satu tahun lebih. Tidak ada hal berguna yang bisa kulakukan. Lagi pula, memang sejak kecil aku selalu dicap tidak berguna, tidak bisa diandalkan, dan tidak bisa apa-apa. Dari situ sudah jelas sekali, gadis biasa hanya lulusan SMA, tidak melanjutkan kuliah, apa lagi impian? Silakan terbwng jauh-jauh. Apa yang bisa diharapkan akan masa depan dari gadis bodoh seperti aku? Kalau kata teman-temanku, 'madesu'.

Lengkap, 'kan?

Kadang kala aku merasa sedih dan merah. Menyalahkan diri sendiri atas kebodohan dan ketidakbergunaan. Aku meratap, mengapa jalan hidupku seperti ini? Tidak seperti orang lain yang kuliah tinggi-tinggi atau bahkan bekerja dengan pendapatan tetap. Sementara aku masih begitu-begitu saja. Aku yakin saat ini belum masuk 20-an yang kata orang masa-masa quarter life crisis. Hidupku sudah krisis lebih dulu. Krisis ekonomi, krisis kepercayaan diri, krisis pengetahuan, krisis potensi, krisis komunikasi, dan krisis-krisis lainnya. Lantas, apa yang bisa diharapkan dari orang dengan terlalu banyak tabungan krisis?

Pada akhirnya 2019, aku mulai kembali menulis sajak di media sosial Instagram. Tidak ada tujuan apa pun, hanya ingin mengisi waktu. Konsisten menulis dan mengikut berbagai kelas dan komunitas kepenulisan. Belajar bagaimana cara menulis yang baik dan benar. Belajar membuat cerita fiksi dan akhirnya mulai nyaman menciptakan cerpen. Mengenal dunia menulis, setidaknya membuat hidupku sedikit lebih baik. Tadinya warna hitam, kini sudah mulai berwarna cerah. Perlahan aku pun memahami bahwa aku punya kelebihan. Menulis. 

Meskipun begitu, bukan berarti er alam menulisku mulus. Aku melawan dan bertarung dengan diri sendiri. Terkait ketidakpercayaan diri dan rasa malas. Pernah aku berhenti menulis selama satu tahun 2021. Sibuk melakukan hal yang tidak berguna. Sampai akhirnya sampai kepada sebuah informasi penting yang tampil di beranda media sosial Instagram. "OPEN RECRUITMENT ODOP 2022". 

Merasa sudah bosan dan jenuh dengan kehidupan yang tidak ada manfaat. Pengumuman rekrut menjadi jawaban atas segala keresahan kala itu. Semangat kembali menyergap, minat menulis makin meningkat, percayalah diri perlahan-lahan mulai berkembang. Ternyata, Tuhan memang tidak pernah tidur. Aku tidak pernah meminta keinginanku atau masa depan yang baik pada-Nya. Akan tetapi, selama kita tahu mau ke mana dan kemudian benar-benar menghargai setiap perjalanan. Kita akan ditemukan dengan sesuatu yang akan membuat kita bersyukur.

It'll be A Long Journey: When Blog Taught Me a Lot


Akhirnya aku menemukan platform menulis yang amat sesuai denganku. Memang dari banyaknya wadah kepenulisan yang ada, aku sudah jatuh hati pada blog. Tidak pernah terlintas sekali pun di kepala untuk menulis atau punya kegiatan yang bersinggungan dengan blog. Mimpi jadi bloger pun tidak. Rasa-rasanya semua mengalir begitu saja, tanpa kupinta dan kutuntut. Aku hanya ingin kembali menulis setelah satu tahun berhenti, tetapi Tuhan punya rencana yang jauh lebih menyenangkan. Aku bersyukur akan hal itu. Banyak sekali hal yang aku pelajari dari dunia blog. Selain materi dari blog itu sendiri, blog menjadi titik balik kehidupanku. Blog mengajarkanku banyak hal tentang aspek kehidupan.

Lebih Percaya Diri

Masalah utamaku adalah kurangnya kepercayaan diri. Dengan segala kekurangan yang kupunya, tentu berkontribusi besar, tentu berperan besar terhadap diri sendiri. Pertama kali belajar menulis, mengenai karakteristik fiksi dan novel. Aku sudah berusaha, tetapi ternyata aku kurang menyukai bidang tersebut karena memang bahannya cukup kompleks.

Ketika belajar nge-blog dan mengenali karakteristiknya, aku seperti menemukan dunia dalam menulis yang kusuka dan aku merasa nyaman. Memang sulit karena materi blog selalu ada pembaruan. Namun, itu bukan masalah karena akhirnya dari belajar nge-blog aku makin percaya diri dengan potensi yang kupunya. Setidaknya aku jadi tidak perlu malu lagi untuk menerima kenyataan lulusan SMA. Aku tidak perlu membandingkan diri lagi dengan orang lain karena aku punya kelebihan.

Menambah Wawasan

Aku sempat iri dan menyesal karena tidak mengusahakan untuk kuliah, baru kusadari kalau kuliah amat penting sebagai batu loncatan di masa depan. Akan tetapi, menyesal tidak akan menyelesaikan masalah, 'kan? Lagi-lagi Tuhan menunjukkan jalan lain untuk bisa mendapatkan wawasan baru selain dari kuliah—melalui nge-blog.

Tahu tidak? Berkutat di dunia blog, mau tidak mau akan membuat kamu belajar lebih dalam dan banyak hal. Dalam menulis konten blog, tentu ada fase riset. Dengan melakukan riset, otomatis otak kita akan menangkap informasi baru. Belum lagi sebagai penulis kita harus peka dengan lingkungan sekitar.

Salah satu pengetahuan sekaligus isu yang kudapat adalah soal lingkungan dan kesehatan mental. Dua topik tersebut akhirnya menjadi bahasan yang akan selalu dibahas di blog milikku. Jadi, meskipun kamu tidak kuliah, bukan berarti kamu tidak punya kesempatan untuk belajar. Dengan mudahnya akses internet saat ini, tentu bukan alasan untuk mengeluh.

Komunikasi Bicara Lebih Baik

Sebelumnya aku bukan orang yang pandai berbicara karena memang aku jarang bergaul dengan teman sekitar. Bahkan, kalau sedang bersama teman pun aku tidak banyak bicara, sehingga pembendaharan kataku sedikit dan sulit untuk berkomunikasi dengan orang. Ini juga salah satu faktor yang membuatku tidak percaya diri.

Namun, ketika mulai rutin menulis di blog dan sering baca artikel ketika riset dan juga blog walking, perlahan-lahan aku mulai suka berdiskusi dan suka berbicara—oleh karena itu aku membuat konten video di Instagram. Mbak aku mengatakan kalau aku pintar ngomong, ternyata menulis membuat perubahan yang baik untuk perkembangan kognitifku. 

Makin Produktif

Menemukan dunia baru yang kusuka, tentu membuatku makin semangat untuk menulis dan belajar. Meskipun memang kadang-kadang masih suka kurang produktif—seperti saat ini. Akan tetapi, titik balik paling kentara dalam hidupku adalah produktivitas yang jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. 2022 sampai saat ini menjadi tahun-tahun paling produktif setelah lulus SMA.

Bagaimana tidak? Aku mulai membuat jadwal posting di dua blog, satu minggu sekali atau dua kali. Promosi tulisan blog di Instagram. Membuat konten untuk Instagram. Belum lagi kegiatan-kegiatan komunitas lainnya. Hal ini pun berdampak baik untuk mengembangkan relasi dan komunikasi.

Menerima Berbagai Kegagalan

Siapa yang tidak pernah gagal dalam hidupnya? Kalau semua orang pernah gagal, tidak ada alasan untukku berhenti setelah gagal. Selama nge-blog banyak kegagalan yang kualami, tidak pernah menang lomba atau bahkan gagal dalam memahami materi blog itu sendiri. Tidak bisa bohong, kadang aku berpikir rasanya blog bukanlah jalanku.

Hanya saja, dipikir-pikir lagi, kalau aku tidak nge-blog, pantas apa yang harus kulakukan untuk berkembang? Kadang-kadang memang pikiran jika tidak dikendalikan dengan baik, bisa saja aku berhenti nge-blog sekarang dan menyia-nyiakan apa yang sudah diusahakan selama satu tahun terakhir ini. Mengenal banyak bloger, tentu membuatku tersadar bahwa mereka pun pernah mengalami kegagalan, tetapi masih konsisten di dunia blog.

Titik Balik: Perubahan Hidup yang Lebih Baik Lagi


Setidaknya itulah beberapa hal yang menjadi momen titik balik dalam kehidupanku. Sebuah titik balik yang benar-benar membuat aku bersyukur dan lebih mencintai diri sendiri. Ternyata benar, kalau kita merendahkan diri kita sendiri, maka kita tidak akan pernah bisa menjadi seperti apa yang kita mau.

Tidak ada salahnya bermimpi setinggi mungkin, tetapi kita harus tahu bahwa ada proses yang tidak mudah untuk dilalui. Tidak ada yang perlu ditakutkan dari proses, kita hanya perlu menghargai setiap langkah dari proses yang sudah dihadapi. 

Awalnya aku memang tidak percaya dengan mimpi bahkan aku berasumsi mimpi hanya milik mereka yang kuliah. Ternyata tidak juga, semua orang berhak bermimpi asal kita mau menghadapi berbagai hambatan yang ada. Setelah mengenal blog, akhirnya aku kembali merancang mimpi.

Sebetulnya sampai saat ini pun aku tidak memiliki mimpi yang muluk-muluk. Aku hanya berharap bisa menghasilkan dan produktif di dunia blog. Menjadi bloger yang ahli. Terpenting adalah memastikan diri menjadi perempuan yang mau belajar dan terus meraup pengalaman.

Sebab, belajar dari kesalahan dan pengalaman adalah pembelajaran paling mahal di kehidupan. Mengenal blog adalah salah satu pengalaman paling mahal yang pernah kutemukan.

Next Post Previous Post
2 Comments
  • Amelia
    Amelia 27 Oktober 2023 pukul 06.04

    Noted! Belajar dan pengalaman adalah pembelajaran yang paling mahal. Baca cerita kak Vina seperti merasa kalau ternyata aku engga sendirian. Ternyata ada juga kawan yang memiliki cerita hidup yang mirip² sama, tapi kakak bisa mengatasinya.

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 29 Oktober 2023 pukul 04.22

      Ihh terharu Amel dateng lagiii ") makasih mehh udah mampirr. Aku penasaran miripnya di mana meehh, ayok kapan-kapan kita sharing barengggggg

Add Comment
comment url