KEPADA kekosongan yang datang menyapa lalu menetap. Bukan tentang raga yang melipir mencari kesendirian, melainkan kesendirian gencar menggerogoti jiwa. Kekosongan lebih memilukan daripada kesendirian. Sering kali seseorang mengisi kekosongan dengan keramaian. Namun, betapa banyak manusia yang dirundung sepi ketika kerumunan begitu berisik.
Semua orang pasti pernah merasa kosong. Jangan salahkan kesendirian. Nyatanya, sendiri enggak selalu berhubungan dengan sepi. Jangan mengambing-hitamkan sendiri hanya untuk melindungi pikiran yang terlalu naif. Tanyakan pada pikiran tentang alasan kita merasa kosong—kesepian. Rasakan lebih jauh ke dalam hati, temukan sebab kita merasa kosong.
Nyatanya, kesepian dipicu oleh pikiran kita sendiri. Verywell Mind dalam situsnya menyatakan bahwa rasa kesepian berkutat pada pikiran. Sebab, yang kesepian bukan keadaan fisik, melainkan keadaan pikiran. Keadaan pikiran kesepian tersebut yang menimbulkan perasaan kosong dan perasaan enggak diinginkan.
Perasaan enggak diinginkan. That’s the point.
Kesepian bukan ketika kita sendirian. Kesepian adalah ketika kita merasa enggak diinginkan oleh lingkungan sosial. Kesepian ketika kita merasa enggak dianggap di tengah-tengah lingkungan sosial. Kesepian Ketika kita merasa rendah daripada lingkungan sosial di sekitar. Dan, kesepian ketika enggak ada seorang pun yang mengerti dan memahami kita.
Loneliness is a deep meaning.
Dan, semua aspek tersebut berkaitan dengan low self esteem—perasaan enggak berharga. Dalam hal ini berarti kesepian adalah hilangnya kebutuhan emosional kita dari lingkungan sosial. Namun, setiap orang pasti pernah merasa kesepian. Ada situasi dan kondisi yang memicu rasa sepi, and it’s normal thing.
Seperti ketika kita pindah ke lingkungan baru; tempat tinggal baru, tempat kerja baru, sekolah baru, dll. Ini merupakan keadaan normal yang pasti memicu rasa sepi. Sebab, kita akan berada di lingkungan asing yang belum pernah dikenal. Dan, proses adaptasi perlahan-lahan akan meminimalisir kesepian.
Jadi, kesepian bukan termasuk bagian dari gangguan mental. Akan tetapi, intensitas keadaan pikiran kesepian bisa memicu gangguan mental. Dan betapa banyak orang yang kena mental karena pikirannya sendiri? Respons pikiran pun pastinya datang karena peristiwa yang terjadi atau bahkan hanya persepsi dan asumsi belaka?
Dilansir dari Satu Persen, menurut Johann Hari juga mengatakan bahwa mindset atau pola pikir kitalah yang membuat sepi dan sendiri. Oleh karena itu, perlu berhati-hati dalam meregulasi mindset. Wajar ketika pikiran terstimulasi karena suatu peristiwa. Namun, ketika kita enggak bisa mengendalikan pikiran sendiri khawatir akan membuat persepsi dan asumsi belaka.
Yang membahayakan adalah ketika rasa kesepian kemudian membuat seseorang menarik diri dan menjadi sendiri. Dalam kesendirian, seseorang itu makin merasa sepi, merasa enggak ada seorang pun yang menghargai dirinya—bahkan keberadaannya. Merasa seakan-akan dunia berjalan baik-baik saja tanpa dirinya.
Dan aku pernah berada di dua posisi teesebu.
Apakah Kekosongan Butuh Manusia untuk Menemani?
Hidup dalam kekosongan itu berasa patah hati. Ketika enggak ada seorang pun yang mau menemani. Ketika orang sama sekali enggak nyaman berada di dekat aku. Dulu aku enggak begitu memikirkan karena masih belum mengerti konsep kesepian. Namun, kala itu aku mengerti bahwa aku memang merasa enggak layak ditemani dan enggak seorang pun yang mau menjadi teman ngobrolku.
Gimana, sih, rasanya enggak dianggap padahal kamu berada di tengah-tengah orang-orang yang dikenal? Seakan-akan kamu hanya bagian dari benda mati yang enggak perlu diajak bicara. Seolah-olah kamu bagian dari udara yang layak sendirian. Padahal kamu sama seperti Mereka, manusia. Makhluk sosial yang membutuhkan makhluk sosial lainnya.
Ketika itu keadaan pikiran aku yang kesepian dipicu karena sebuah peristiwa. Badai memang sedang seru-serunya berputar-putar di hidup aku. Aduh, bingung mau jelasinnya gimana wkwk, masih belum siap bahas peristiwanya di blog. Namun, aku menceritakannya di buku antologi Memoar: Berdamai dengan Luka yang sebentar lagi akan rilis. Kalau kalau mau tau, kamu bisa beli, xixi.
Intinya ada sebuah peristiwa besar dalam hidup aku yang membuatku jadi enggak percaya diri. Kalau kata anak-anak sekarang, sih, mentalnya kena. Sebuah peristiwa besar yang membuat aku enggak mendapatkan kebutuhan emosional yang baik.
Akibat kekurangan kebutuhan emosional yang baik. Akhirnya memicu perasaan minder dan enggak layak ketika berada di lingkungan sosial, terutama di sekolah. Bahkan aku enggak tahu bagaimana cara berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik. Aku enggak tahu cara bergaul dan bersosialisasi dengan teman-teman. Aku merasa setiap kata yang aku ucapkan terdengar cringe.
Sikap-sikap seperti itu yang kalau dipikir-pikir lagi sekarang, wajar kalau aku enggak punya teman. Wajar kalau enggak ada seorang pun yang mau ngajak ngobrol. Wajar jika secara otomatis semuanya menghindar. Dan, dari semua kewajaran tersebut pikiranku dirundung kesepian.
Pikiran memang punya power besar sampai-sampai bisa memberikan respons emosi yang begitu kuat.
Untungnya, kala itu rasa kesepian enggak membuatku kena gangguan mental. Malah aku enggak sadar kalau itu adalah sebuah masalah serius. Aku hanya menganggap masa itu memang sudah menjadi cara hidup berjalan. Ya, meskipun ada rasa sedih dan enggak berharga. So, sekarang aku sudah jauh lebih stabil. Aku sudah menemukan teman sepiku sendiri.
Baru sekarang aku memahami konsep kesepian. Dan meskipun aku sudah merasa stabil. Sometimes, ada kalanya rasa sepi itu kembali menyerang. Dan karena saat ini aku sudah menyadari konsep kesepian. Rasa patah hatinya jauh lebih mematahkan. Aku suka salah kaprah bahwa aku butuh seseorang untuk menemani.
Kali ini keadaan pikiranku yang kesepian dipengaruhi oleh persepsi dan asumsi belaka.
Tolong beri tahu aku bahwa kekosongan ini hanya sementara. Bahwa kekosongan enggak selamanya membutuhkan orang lain untuk tinggal. Bahwa kekosongan ini enggak membutuhkan cinta seorang pangeran untuk menemani. I just need me in emptiness. I just need rest when emptiness coming.
Barangkali kekosongan adalah peringatan bagi diri yang terlalu berekspektasi. Barangkali kekosongan adalah kesempatan untuk memulihkan hati yang kecewa. Barangkali kekosongan adalah waktu yang tepat untuk lebih jauh mengenali diri sendiri. Barangkali kekosongan adalah saatnya kita untuk lebih produktif.
Kita memang membutuhkan kebutuhan emosional dari orang lain untuk mengisi kekosongan. Namun, enggak semua orang bisa tinggal. Kita memang butuh dihargai oleh orang lain. Akan tetapi, bagaimana kita bisa membuat orang lain menghargai diri kita, sementara kita belum bisa menghargai diri sendiri.
Konsep hidup memang berjalan seperti apa adanya. Cara kehidupan berjalan enggak mengikuti cara manusia menjalani hidup. Ketika hidup.merass kosong, bisa jadi kita terlalu masuk ke kehidupan orang lain. Sehingga ketika orang lain itu pergi atau enggak sesuai ekspektasi, akhirnya ada yang kosong.
Not all emptiness need someone to stay. But, you need to find yourself in emptiness.
Posting Komentar