Preview

Hai, selamat datang di Neng Vina! Di blog ini kamu akan menemukan tulisan seputar kehidupan dan pengembangan diri. Barang kali kamu tidak akan merasa sendirian setelah membaca tulisanku. Enjoy my blog! 🧁

Erizal Barnawi: Seni Musik Tradisional Lampung bukan Sekadar Hiburan

Suasana kota Bandar Lampung
Suasana Kota Bandar Lampung

LAGU Sang Bumi Ruwa Jurai diputar hampir di setiap titik jalanan Lampung. Huruf aksara Lampung terpampang jelas di jalan besar tengah kota. Jangan lupakan patung gajah yang menjadi teman pengendara ketika dihadang lampu merah. Kota yang dikenal tapis berseri ini begitu gencar mengenalkan budayanya. Namun, bagaimana dengan eksistensi seni musik tradisional Lampung itu sendiri?

Apa alat musik tradisional Lampung yang kamu ketahui?” atau “Selain Cangget Agung, sebutkan lagu Lampung yang kamu ketahui!”. Ketika pertanyaan tersebut dilempar ke masyarakat Lampung itu sendiri ... rasa-rasanya cukup sangsi. Hafal—bahkan mengetahui satu lagu khas Lampung saja sudah syukur.

Tidak bisa dimungkiri, eksistensi kesenian musik tradisional Lampung masih belum familiar di tengah-tengah masyarakatnya sendiri. Namun, ada satu sosok yang kemudian menjadi pejuang dalam pelestarian seni musik tradisional Lampung. Satu sosok yang bukan hanya berdedikasi, melainkan memberikan dampak nyata kepada banyak orang.

Perkenalkan, Erizal Barnawi.

Putra daerah Lampung yang memiliki harapan akan tempat kelahirannya sendiri. Bahkan dia rela mengarungi provinsi Lampung untuk melatih seni musik tradisional Lampung. Menurut Erizal, masyarakat—bahkan pemerintah daerah masih menganggap seni musik tradisional sebagai hiburan. Sebuah paradigma yang sangat disayangkan olehnya sebagai praktisi seni musik tradisional. 

“Kalau dilihat dari kacamata saya, pemerintah masih memandang sebelah mata tentang seni budaya Lampung. Karena mereka melihat seni budaya itu hiburan. Mereka enggak memandang seni budaya sebagai karya dengan nilai luhur, identitas budaya yang begitu sakral,” seru Erizal.

Memang, di setiap kelurahan sudah ada fasilitas alat musik tradisional. Namun, bagaimana dengan kecamatan? Lebih spesifik lagi, bagaimana dengan desa? Apakah alat musik tradisional Lampung tersebut betul-betul sudah meluas hingga sudut Lampung? Apakah pemerintah daerah bersedia menggelontorkan dana untuk lebih maksimal lagi dalam melestarikan budaya Lampung?

Erizal juga mengusulkan gebrakan Satu Desa Satu Alat Musik. Meski tidak banyak penduduk bukan asli (suku) Lampung. Tidak menjadi pengaruh dalam pelestarian seni musik tradisional. Menurut dosen Universitas Lampung (UNILA) tersebut, kurangnya eksistensi seni musik tradisional Lampung dikarenakan minim fasilitas yang tersedia di setiap daerah. Ditambah mayoritas masyarakat Lampung tidak memiliki minat di bidang tersebut. Tentunya kita tidak bisa memaksakan minat seseorang. Akan tetapi, warisan budaya tidak memerlukan minat untuk dilestarikan.

Erizal Barnawi: Bersedekah melalui Seni Musik Tradisional Lampung 

Sosok Erizal Barnawi
Erizal Barnawi

Erizal Barnawi. Putra asli daerah Lampung yang lahir di Kotabumi, tahun 1990. Sejak kecil dia sudah berada di lingkungan dengan konsentrasi terhadap seni musik tradisional Lampung begitu lestari. Sebelumnya dia memang tertarik dengan musik modern, tetapi gitar tunggal klasik milik kakaknya telah menyita perhatian. 

Mulai dari situ, Erizal menekuni seni musik tradisional Lampung bersama teman sebaya di lingkungan sekitar. Proses belajarnya tidak pernah putus, sampai dia masuk SMP dan SMA. Di sekolah dia mengikuti ekstrakulikuler seni musik. Dengan tekun, dia banyak bertanya dan belajar kepada teman satu ekskul. Hal ini membuatnya makin kaya akan wawasan seni musik tradisional Lampung.

Ketekunannya tersebut kemudian membawa dia menempuh jenjang pendidikan di salah satu universitas kesenian bergengsi di Indonesia, ISI Yogyakarta. Benar, ketika kita punya keyakinan kuat terhadap passion. Ketika kita memiliki kecintaan yang mendalam terhadap sesuatu. Pada akhirnya alam semesta akan menuntun pada takdir yang tepat. Erizal meraup sebanyak-banyaknya ilmu di ISI demi menempuh takdir mulianya, mendedikasikan dirinya untuk Lampung. 

Meskipun seluruh hidupnya berkutat dengan seni musik tradisional Lampung, Erizal tidak pernah bosan sama sekali. Namun, memang, ada kalanya dia istirahat sejenak. Walaupun berprofesi sebagai dosen musik, tetapi dia tidak selalu bermain musik. Sebab, Erizal mengungkapkan bahwa dalam bermusik perlu memakai hati dan perasaan supaya pesannya bisa sampai.

“Kalau saya itu nyari hati dulu—mood. Kalau enggak dapat, jangan dipaksa. Bakal enggak oke juga. Tapi, ketika saya menjiwai musik secara total, beberapa kali orang mendengar sampai menangis dan tersentuh karena permainan musik saya.”

Hal ini membuktikan ketika cinta yang murni didukung oleh dedikasi dan kontribusi terhadap masyarakat secara luas, getaran hati itu akan sampai. Segala aspek kehidupannya ditemani dengan seni musik tradisional Lampung. Oleh karenanya, Dia memiliki ambisi untuk terus menjaga seni musik tradisional agar tetap lestari.

Passion musik telah membawanya ke titik saat ini. Seni musik bukan lagi sekadar hobi menyenangkan. Seni musik telah menjadi mata pencahariannya. Tidak jarang, dia menggunakan dana pribadinya untuk melatih bahkan memberikan secara gratis alat musik tradisional kepada yang memerlukan. Bagi Erizal, ini merupakan bentuk sedekah yang dia lakukan untuk masyarakat Lampung. 

“Kalau ditanya, apa cara kamu bersedekah? Ya, beginilah cara saya bersedekah.”

Walaupun passion bermusik telah menjadi pekerjaannya. Hal tersebut tidak menjadi beban bagi Erizal. Justru privilese tersebut dia gunakan untuk memberikan dampak besar terhadap masyarakat Lampung. Erizal bercerita telah diberi gaji sebagai dosen. Kemudian sebagian gajinya dia sisihkan untuk bersedekah melalui seni musik tradisional Lampung.

Dampak Nyata melalui Pelatihan Alat Musik Tradisional Lampung 

Pelatihan sektor musik
Pelatihan sektor musik penyelenggara Disparekraf Lampung

Lulus dari mengenyam pendidikan di ISI Yogyakarta, Erizal pulang membawa banyak bekal untuk masyarakat Lampung. Setelah diangkat kerja menjadi dosen di Universitas Lampung, menjadi titik awal mendedikasikan dirinya dalam pelatihan alat musik tradisional Lampung. Dia melatih di berbagai daerah Lampung: Bandar Lampung, Metro, Tulang Bawang Barat, Pesawaran, Lampung Utara, dll.

Semuanya dia gunakan dengan dana pribadinya. Tidak jarang juga mendapatkan dukungan dari teman-teman sekitarnya. Sesekali dia mengajukan dana ke UNILA untuk kemudian dibelikan alat musik tradisional Lampung. Bahkan, bertanya kepada teman-teman jika memiliki alat musik tradisional yang sudah tidak digunakan untuk disumbangkan. Ini merupakan upaya Erizal untuk memberikan dampak nyata terhadap masyarakat Lampung.

Ketika melakukan pengabdian di Lampung Utara
Pengabdian di Lampung Utara

Dalam proses pelatihannya, banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi. Apa lagi jika harus menelusuri daerah dengan jalanan yang rusak. Pernah suatu ketika, dalam rangka Gerakan Seniman Masuk Sekolah untuk melakukan pelatihan di sana. Ketika itu Erizal dan teman-teman seniman berangkat menggunakan mobil pribadinya. Dikarenakan jalan rusak, melewati kawat-kawat, mobilnya sampai remuk.

Erizal tidak menjadikan tantangan sebagai halangan, melainkan semangat untuk memperjuangkan seni budaya musik tradisional Lampung. Dia juga berharap melalui artikel ini, pemerintah bahkan masyarakat sosial—khususnya Lampung—dapat melestarikan dan memiliki kesadaran pentingnya menjaga seni musik tradisional. 

Terlepas dari paradigma terkait seni budaya adalah hiburan. Pemerintah Lampung kerap memberikan dukungan terhadap pelatihan seni musik tradisional Lampung oleh Erizal Barnawi. Sesekali pemerintah memberikan kepercayaan kepadanya untuk menjadi juri, bahkan narasumber dalam bidang kesenian musik. Ini juga merupakan salah satu dampak nyata dari gerakan-gerakan yang dia lakukan. 

Baru beberapa hari yang lalu ketika tulisan ini dibuat. Erizal telah memberikan 10 gamolan pekhing ke SMAN 1 Kotabumi. Erizal memiliki kebijakan menggunakan dana pribadi untuk berbagi alat musik tradisional Lampung. Tidak hanya itu, bahkan dia melakukan kontribusi dengan melatih anak-anak sekolah tersebut. 

“Karena ini bentuk kontribusi. Saya pikir kalau enggak gitu kapan lagi?

Melatih polwan alat musik tradisional Lampung
Melatih Polwan Alat Musik Tradisional

Dia telah melatih seni musik tradisional Lampung ke berbagai lini. Mulai dari sektor pendidikan hingga masyarakat. Masing-masing pelatihan punya tujuannya sendiri. Ada yang Erizal latih untuk dipentaskan atau diikutsertakan dalam lomba. Ada juga yang dilatih untuk mengembangkan sanggarnya. Bahkan pada 2016, dia pernah melatih alat musik tradisional Lampung ke polwan.

Kontribusi yang Erizal sangat berdampak terhadap peningkatan kesadaran anak muda Lampung akan seni musik tradisional. Terbukti anak didiknya yang kemudian menjadi mahasiswa di periode musik UNILA. Dengan senang dia mengungkapkan per tahun ini, UNILA menambah satu kelas untuk prodi musik. Hal ini merupakan peningkatan dan kabar baik. Bahkan salah satu anak didiknya berhasil membuat gebrakan karya hingga pentas di Thailand.

Pendidikan Harus Memprioritaskan Budaya Setempat

“Enggak perlu jauh-jauh. Sekolah anak saya saja diajarkan tari Saman. Tentu saja boleh dan menarik. Tapi, ajarkanlah terlebih dahulu anak-anak murid alat musik dan tarian Lampung.”

Erizal memang tidak bisa mengintervensi para guru kesenian di sekolah. Akan tetapi, sangat disayangkan ketika para pendidik kurang memprioritaskan untuk mengajarkan budaya Lampung terlebih dahulu. Baginya sektor pendidikan harus menjadi tonggak utama dalam melestarikan budaya terutama seni musik tradisional Lampung.

Untungnya, FLS3N hadir sebagai salah satu ajang kompetisi bergengsi untuk sekolah. Kompetisi tersebut memacu sekolah untuk mengajarkan dan melatih kesenian Lampung. Dengan begitu sekolah akan saling bersaing menampilkan ajang kesenian dalam kompetisi bergengsi FLS3N. Menurut Erizal, kompetisi tersebut berhasil menyumbang kesadaran seni musik tradisional terutama bagi pelajar.

Bergema Musikku, Lestari Budayaku 

Seminar kebudayaan

Seni musik tradisional sangat berperan besar dalam hidup Erizal. Kecintaannya terhadap musik tidak hanya dia simpan untuk dirinya sendiri. Dia menyebarkan seni musik tradisional dengan penuh cinta terhadap masyarakat Lampung. Memang, dia memiliki keturunan bakat seni musik dari sang nenek. Akan tetapi, cinta itu murni lahir dari dalam dirinya. Sampai-sampai mendarah daging.

“Cintailah budayamu, maka budayamu akan mencintaimu. Dasarnya dari bergema musikku, lestari budayaku!”

Seni musik yang sudah merasuk ke dalam tubuhnya. Bahkan dia punya kata kunci sendiri: Bergema Musikku, Lestari Budayaku. Dia selalu menggaungkan kata kunci tersebut kepada teman-temannya, siswa-siswanya, bahkan orang yang dia temui. Erizal yakin ketika kita menggemakan musik (tradisional), maka budaya itu akan didengarkan. Akan tetapi, ketika seni musik tidak digemakan, dia akan redup. 

Erizal tidak akan pernah berhenti memperjuangkan dan melestarikan seni musik tradisional Lampung. Selama napasnya masih berembus, dia akan terus menggemakan seni musik tradisional Lampung. Baik melalui pelatihan dan edukasi di media sosialnya. Bahkan, dia sangat senang ketika media sosialnya ramai belakangan ini, sampai disebut dengan “melampungkan Lampung”. Istilah tersebut menjadi dampak nyata akan edukasi seni musik tradisional melalui media sosialnya.

Erizal berharap upayanya dalam mengenalkan seni musik tradisional Lampung dapat membuat masyarakat lebih sadar lagi. Tidak ada lagi paradigma bahwa seni musik tradisional adalah hiburan. Seni musik tradisional memiliki nilai luhur yang begitu sakral. Seni budaya tidak bisa dimaknai hanya secara harfiah, melainkan seni budaya punya makna yang begitu dalam dan esensial. 

Tidak peduli apa sukunya. Selama kita lahir dan dibesarkan di tanah Lampung, kita punya tugas untuk menjaga dan melestarikan budaya terutama seni musik tradisional Lampung. Kita tidak boleh membiarkan warisan budaya ini terkikis oleh perkembangan zaman. Justru kita perlu memanfaatkan perkembangan zaman untuk menyebarkan nilai kesenian musik Lampung. 

“Ibaratnya gini, ari-ari kita ini ditanam di tanah Lampung. Masa kita enggak mau melestarikan budaya kita sendiri?”

Salah satu penerima SATU Indonesia Award ini ke depannya akan terus melakukan pelatihan. Dan dia mengaku sangat terbantu dengan adanya SATU Indonesia Award. Astra telah memberikan kesempatan besar bagi Erizal untuk terus berdampak lebih luas lagi bukan hanya masyarakat lokal, melainkan nasional hingga internasional. Setelah dua kali lolos menjadi penerima SIA pada tahun 2022 dan 2024. Tahun ini dia kembali mengajukan pelatihannya.

Melestarikan seni musik tradisional Lampung, bukan hanya tentang mengetahui dan memahami. Seni budaya yang lestari adalah ketika kita sebagai masyarakat menghargai karya sakral dan nilai luhur di dalamnya. Kita punya tugas untuk sama-sama menjaga warisan budaya, terutama seni musik tradisional Lampung. Bukan tentang suku, melainkan warisan budaya merupakan identitas penting bagi diri kita sebagai penduduk Lampung.

#SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia #APA2025-ODOP/PLM/BLOGSPEDIA


Lebih lamaTerbaru

Posting Komentar