Pentingnya Peran Orangtua dalam Membentuk Karakter Anak

MENJADI ORANGTUA adalah impian sebagian orang. Namun, di samping itu peran orangtua tentu memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Meskipun begitu, tidak sedikit dari mereka mengusahakan untuk memiliki anak.

Kehadiran si kecil adalah pelengkap yang manis. Suara tawa menggemaskan, tangis menenangkan, dan omelan lucunya kerap menjadi alunan dinanti-nantikan dalam rumah.

Terlebih bagi mereka yang telah lama menikah, tetapi Allah belum menurunkan rezeki anak kepada mereka. Akan tetapi, mereka senantiasa berhusnudzan bahwa Allah akan mendatangkan si kecil di waktu yang tepat. 

Berbagai usaha, doa, ikhtiar, dan kesabaran menjadi lahapan sehari-hari. Oleh karena itu, patut bagi para orangtua untuk bersyukur karena memiliki anak-anak sebagai penghidup rumah tangga. 

Apalagi untuk kamu yang belum menikah sepertiku. Ada waktu untuk mempersiapkan bekal terkait pengetahuan parenting. Tentang betapa penting peran orangtua dalam membentuk karakter anak. 

Di samping menjadi pasangan yang baik, kita juga mesti tahu kiat menjadi orangtua yang baik untuk anak. Dan ini adalah pelajaran seumur hidup karena anak akan terus mengalami fase unik yang berbeda.

Peran Orangtua dalam Membentuk Karakter Anak

Peran orangtua dalam membentuk karakter anak
Sebagai anak sudah sepatutnya menghormati dan menghargai segala jasa orangtua. Jika ada yang mengatakan, aku tidak minta untuk dilahirkan di dunia ini. Perlu diketahui bahwa hidup merupakan ujian yang harus dihadapi. 

Permasalahan pelik yang terjadi dalam keluarga bukanlah hal asing lagi. Akan tetapi, masih membutuhkan kesabaran agar bisa bertahan. 

Masalah terjadi dalam suatu keluarga banyak ragamnya. Bisa dari anak atau bahkan orangtuanya. Namun, orangtua tetap punya peran besar dalam mengelola permasalahan. 

Menurutku, apabila masalah muncul dari anak, hal ini tentunya tidak luput dari sikap dan perhatian orangtua terhadap anak. Itulah sebabnya peran orangtua dalam membentuk karakter anak sangat penting dan berpengaruh. 

Salah satunya seperti isu kenakalan anak remaja. Di sini memang anak punya porsi besar dalam melakukan kesalahan. Akan tetapi, sebagai orangtua mesti punya kepekaan terkait sebab akibat kenakalan remaja. 

Apakah ada peran orangtua yang terlewat dan keliri sehingga menyebabkan sang anak mengalami kenakalan. Memang setiap anak memiliki fase nakalnya sendiri. Hanya saja, karakter seperti ini tidak bisa dinormalisasi. 

Artinya, harus ada tindak lanjut. Melakukan instrospeksi diri sebagai orangtua dan mulai membenah karakter anak dengan baik. Membangun relasi intim antara orangtua dan anak merupakan salah satu perannya. 

Peran orangtua dalam membentuk karakter anak tentunya akan berkaitan dengan bagaimana sang anak mengambil keputusan, memilih, bersikap, dan berpikir. Artinya, karakter di sini bisa saja muncul sendiri sesuai dengan bagaimana sang anak berpikir dan bersikap secara emosional. 

Ini tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa. Belajar adalah kegiatan seumur hidup. Dengan mengetahui peran penting orangtua dalam pembentukan karakter anak adalah bukti konsen kita peduli dengan generasi berkarakter baik. 

Pembentukan Karakter Anak telah Melalui Banyak Proses

Anak mengalami proses
Karakter anak terbentuk bisa terjadi pula karena anak mengalami fase pengalaman-pengalaman. Artinya, peran orangtua sangat besar dalam memantau dan meninjau perkembangan anak terkait apa-apa yang dilalui anak selama ini. 

Sebuah penelitian dari obsesi.or.id menyimpulkan hal yang menghambat peran orangtua terhadap anak disebabkan karena faktor intern yaitu kesibukan orangtua dan anak yang bosan, juga dikarenakan faktor eksternal seperti lingkungan bermain dan pengaruh teknologi.

Dalam penelitian juga disebutkan bahwa peran orangtua dalam membentuk karakter anak yaitu dengan menanamkan pendidikan agama, nilai-nilai dan norma-norma di mana pun anak tinggal. Strateginya yakni keteladanan, pembiasaan, nasihat, reward dan juga punishment. 

Lantas, mari kita sama-sama belajar untuk berperan menjadi orangtua yang baik bagi anak! 

Orangtua adalah Role Model bagi Anak

Makin muda usia anak, maka anak makin mudah menangkap dan meresapi apa-apa saja yang dilakukan orangtua di sekitarnya. Pada usia di awal-awal merupakan fase anak mengenal sekitar. Dimulai dari orangtua hingga kegiatan hidup. 

Dalam hal ini, peran orangtua dalam membentuk karakter anak harus diperhatikan. Tatkala berperilaku dan berucap. Sebab, apa yang menjadi gestur dan keluar dari mulut orangtua akan diserap oleh anak. 

Sejak anak masih menjadi janin pun, kita sudah harus mulai menyaring mana-mana saja perilaku dan ucapan yang dikeluarkan. Sebab, hal ini merupakan salah satu faktor pembentukan karakter anak. 

Think before talk and act, jika tidak ingin anak berperilaku kurang baik yang jauh dari norma-norma kehidupan, maka perlu diingat bahwa orangtua adalah role model atau teladan bagi anak. 

Jika ingin anak disiplin, maka sebagai orangtua pun mesti memberi contoh disiplinnya pada sang anak. Jika ingin anak tumbuh dengan nilai-nilai masyarakat dan keagamaan, orangtua pun perlu lebih dulu menanamkan nilai tersebut dalam diri. Sehingga dapat memberikan contoh secara langsung maupun tidak langsung. 


Ruang Komunikasi yang Hangat

Kunci kuat dalam sebuah hubungan adalah komunikasi. Apalah arti cinta dan sayang, apabila tidak ada komunikasi? Komunikasi yang dijalin pun bukan hanya perihal Interaksi, melainkan juga perihal pemahaman dan pengertian. 

Meskipun orangtua punya ikatan dan firasat kuat dengan anak. Tetap saja, orangtua bukan peramal apalagi cenayang yang bisa membaca pikiran anak. Pun untuk mengetahui karakter asli anak harus ada komunikasi di antara keduanya. 

Coba sesekali dengarkan apa yang menjadi keresahan anak. Atau seksdsr menanyakan bagaimana hari ini, apakah semuanya baik-baik saja? Di sisi lain, orangtua tidak perlu memaksa anak untuk cerita. 

Dengan memberi bentuk perhatian berupa komunikasi welas asih tersebut akan memberi pengertian pada anak bahwa orangtua akan selalu ada untuknya. Anak pun akan merasa punya teman cerita, tentu ini hal baik karena orangtua dapat mengetahui masalah apa yang terjadi. 

Perhatikan juga komunikasi yang dilontarkan. Jangan sampai kalimat orangtua menyakiti hati anak bahkan sampai membuat anak merasa tidak berguna. Kalimat seperti dasar anak tidak berguna, bisanya apa? Menyusahkan saja! Atau bentuk kalimat lain.

Orangtua mesti lebih selektif dalam memilih komunikasi yang baik, membangun, tetapi juga komunikatif. Seperti tidak apa-apa, semua orang dulunya berawal dari tidak bisa, kemudian jadi bisa karena mau usaha dan belajar. Nah, lebih enak, kan?

Menjadi Support System Terbaik

Siapa yang tidak ingin di hidupnya memiliki support system terbaik dalam segala pemilihan keputusan? Lebih-lebih apabila support system terbaik kita adalah orangtua kita sendiri. 

Ketika orangtua memberi dukungan penuh sekaligus dengan penuntunan yang baik, membuat anak jadi makin percaya diri dan bersemangat. 

Sebagai orangtua, meski punya andil untuk mengarahkan kehidupan anak untuk lebih baik, tetapi peran orwngtua bukan berarti harus mengarahkan seluruh aspek hidup sang anak untuk sesuai dengan apa yang orangtua anggap sesuai. 

Dalam beberapa kondisi, anak juga butuh didukung pilihannya—selama itu baik. Sehingga anak akan selalu merasa percaya pada orwngtua. 

Kalau terus-terusan membandingkan anak dan anak lain, tentu ini akan membuat anak jadi tidak nyaman dan tidak percaya diri. Maka dari itu, peran orangtua dalam membentuk karakter anak satu ini juga berpengaruh. 

Orangtua pun bisa memberikan hadiah atau reward setelah anak telah berhasil dalam mencapai target. Tidak perlu target besar, target kecil seperti anak mau membereskan mainan. 

Meningkatkan Kualitas Kehadiran Orangtua untuk Anak

Ada beragam jenis orangtua dan masing-masing punya cara sendiri dalam mengatur waktu untuk punya kualitas bermain wtau sekadar menemwni anak. Kehadiran tidak hanya sekadar hadir, tetapi bagaimana kehadiran tersebut membangun ikatan kuat antara orangtua dan anak. 

Ada berapa banyak anak yang kehilangan peran orangtua dikarenakan kualitas kehadiran orangtua yang minim? Kadang-kadang, sering bertemu di rumah, tetapi tidak komunikasi atau hanya sekadar saja. 

Jadi, kehadiran ini tidak ditentukan dari apakah kedua orangtua bekerja atau full time di rumah? Nyatanya, banyak terjadi prwngtua sering di rumah, tetapi esensi peran orwngtua tidak maksimal sehingga anak kurang punya ikatan dengan orangtua sendiri. 

Mengapa aku bisa berasumsi seperti itu? Karena aku tinggal bersama paman dan bibiku yang bekerja, tetapi anak-anaknya (sepupuku) betah di rumah dan sama sekali tidak kehilangan peran orwngtua. 

Itu karena orangtua pandai memanfaatkan waktu bersama anak. Memanfaatkan kehadiran untuk memaksimalkan peran orangtua dalam membentuk karakter anak sehingga anak-anak merasa menjadi seperti teman dan memahami kapan waktu menghormati orwngtua. 

Menanamkan Ajaran dan Pendidikan sesuai Moralitas dan Keagamaan

Orangtua pasti ingin anak tumbuh dengan karakter baik sesuai dengan norma dan agama. Karakter anak apabila dilandasi dengan nilai-nilai agama juga norma, maka dapat menjalani aspek kehidupan dengan baik. 

Kamu pasti sering mendengar bahwa orwngtua adalah madrasah, sekolah, atau guru pertama bagi anak. Bisa berjalan dan berpijak, bisa berbicara dan memahami segala hal, semua itu karena orwngtua mengajari kita. 

Peraturan keluarga yang dibangun dengan asas keagamaan tentu akan memiliki fondasi yang kokoh dalam menunjang segala aspek rumah. Seperti dalam menyelesaikan dan menghadapi masalah yang ada. 

Sebab, semua agama pasti mengajarkan kebaikan. Dengan begitu, akan membentuk nilai moral dan norma dalam rumah tangga. Anak-anak pun akan dengan sendirinya mudah untuk menghadapi apa pun yang terjadi di luar sana. 

Menahan Ego 

Salah satu kesulitan menjadi orangtua adalah mengesampingkan ego. Sekadar menahan ego bukanlah hal mudah. Pada dasarnya manusia memiliki egonya masing-masing. Mengendalikan ego membutuhkan kedewasaan dan kejernihan pikiran. Nyatanya, masih banyak orangtua yang belum dewasa. 

Salah satu contohnya adalah berusaha menyembunyikan masalah internal di antar orangtua. Memang ini terkesan memendam, tetapi orangtua bisa menceritakan permasalahan kepada orang terdekat selain anak. 

Semua anak pasti menginginkan hubungan orangtua dan keluarga yang harmonis. Masalah dalam rumah tangga itu wajar, tetapi pertengkaran orangtua akan membuka luka sendiri dalam ruang hati sang anak. 

Ketika orangtua terlalu mengeluarkan ego, memperlihatkan betapa orangtua tersakiti atas masalah yang terjadi di antara mereka, kemudian lupa akan peran orangtua dalam mengasuh dan mendidik anak. Hal ini pun bisa membentuk karakter anak yang kurang baik karena tidak mendapatkan kasih sayang dari orangtua. 

Menurutku, sebagai seorang anak dan juga yang nantinya akan menghadapi sebagai orangtua, peran orangtua dalam membentuk karakter anak adalah memanajemen masalah dan mengendalikan ego, tidak membiarkan anak tahu atau bahkan sampai menyeret anak dalam permasalahan orwngtua. 

Mengajarkan Anak untuk Menyelesaikan Masalah

Anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tidak hanya dari fisiknya, tetapi juga bagaimana pola pikir dan pola perilakunya ikut bertumbuh kembang. Semua itu mengalami fase melalui berbagai pengalaman. Dari pengalaman tersebut, karakter akan terbentuk sehingga berpengaruh dalam mengelola masalah. 

Dalam fase-fase yang dilalui diharapkan orwngtua punya peran besar di sini. Akan tetapi, banyak anak tumbuh dengan pola pikir dewasa karena mengalami permasalahan hidup yang membebani pundaknya. Tidak sedikit masalah tersebut justru datang dari keluarga, bahkan orangtua. 

Memang, kita akan belajar dari masalah yang pernah terjadi. Sehingga kadang-kadang kita tahu cara penyesalannya. Akan tetapi, kemampuan mental dan emosional anak berbeda-beda. Dari permasalahan hidup yang ada, anak bisa tumbuh dengan pola pikir dan perilaku dewasa, atau malah sebaliknya. 

Tatkala anak memiliki masalah seperti tidak bisa menuntaskan tugasnya. Orangtua di sini membantu anak menyelesaikan bukan dengan langsung memberi jawaban, melainkan bersama-sama mencari cara untuk menemukan jawabannya

Ajarkan anak bahwa kehidupan ini adalah proses belajar dan mencari. Tantangan dan masalah yang terjadi itu adalah hal biasa. Orangtua harus membiarkan anak berproses mencari jawaban atas tantangan yang dihadapi seraya dipantau agar tidak melenceng. 

Tidak Ada Orangtua yang Sempurna

Orangtua tidak sempurna
Peran orangtua dalam membentuk karakter anak bukanlah sebuah asumsi untuk menuntut orangtua menjadi sempurna. Namun, hidup adalah pembelajaran seumur hidup. Artinya, selama berperan sebagai orangtua, orangtua tidak semestinya berhenti belajar. 

Aku sebagai anak tidak memjnta orwngtua untuk menjadi sempurna. Aku pun tidak pernah menyesal karena telah lahir dan berkesempatan untuk mempelajari kehidupan yang penuh tantangan. 

Orangtuaku memang tidak sempurna karena kurang baik dalam memerankan perannya. Akan tetapi, dari apa yang telah terjadi di hidupku, aku belajar dari orangtuaku secara tidak langsung tentang bagaimana menjadi orangtua yang baik. 

Sampai usia mereka ditutupi garis takdir. Mereka telah pergi meninggalkan pelajaran berharga yang akan menjadi bekal penting. Aku berterima kasih banyak karena artikel ini dibuat atas dasar pentingnya peran orangtua dalam membentuk karakter anak. 

Tidak ada orangtua yang sempurna, tetapi menjadi orangtua adalah pembelajaran seumur hidup yang menyempurnakan ketidaksempurnaan. 


Referensi:

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.nutriclub.co.id/artikel/pola-asuh-anak/3-tahun-atas/peran-orang-tua-dalam-pembentukan-karakter-anak&ved=2ahUKEwjE9cf45OL-AhX1bmwGHX3OAH4QFnoECCAQAQ&usg=AOvVaw2tVSBhSiyxbXAQpftmX3Tl

https://obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/1945#:~:text=Hasil%20penelitian%20ini%20dapat%20disimpulkan,%2C%20nasihat%2C%20reward%20dan%20punishment.

https://psikologi.uma.ac.id/peran-orang-tua-dalam-pembentukan-karakter-anak/

https://m.kumparan.com/amp/hanifah-assyadiah/peran-orang-tua-dalam-membangun-karakter-anak-1x9HKToo4tX
Next Post Previous Post
1 Comments
  • Akarui Cha
    Akarui Cha 8 Mei 2023 pukul 06.49

    Iya sih ya, kesibukan orangtua itu nggak selalu jadi faktor utama penyebab anak diabaikan atau merasa kekurangan perhatian. Kualitas memang lebih baik sih ya walau kuantitas kebersamaan nggak kalah pentingnya.

Add Comment
comment url