Preview

Hai, selamat datang di Neng Vina! Di blog ini kamu akan menemukan tulisan seputar kehidupan dan pengembangan diri. Barang kali kamu tidak akan merasa sendirian setelah membaca tulisanku. Enjoy my blog! 🧁

Book's Impact: Berdampak karena Buku

BUKU ada dalam posisi sekian dalam daftar kegiatan menyenangkan di hidup aku. Meskipun sebelumnya kegiatan membaca buku memiliki tingkat kesulitannya sendiri. Seperti: masih suka merasa bosan dan bahkan mengantuk. Namun, berbeda hal kalau buku yang kubaca punya cerita atau topik yang menarik. Aku pernah membaca buku habis hanya rentang dua sampai tiga hari. Kalau tidak salah ingat, waktu itu novel teenlit berjudul Let Go

Bukan sebuah kebanggaan, sih, memang. Di luar sana, pasti ada pembaca yang dalam sehari mampu menuntaskan lebih dari satu buku. Aku amaze, sih, serius. Terlintas di pikiran, aku ingin bisa membaca cepat tanpa kendala (re: bosan dan ngantuk) supaya dalam waktu singkat aku bisa melahap berbagai macam buku. Bayangkan akan betapa banyaknya referensi yang aku punya?! Impian jadi perempuan yang ber-value makin besar!

Ya, namanya keinginan selalu ada hambatannya. Seperti rumus premis: tokoh + (ingin) tujuan + (tetapi) halangan/hambatan. Aku memang punya keinginan untuk membaca cepat. Akan tetapi, kondisi mata aku sangat kesulitan untuk membaca buku fisik. Alhasil, aku harus membaca buku di digital secara landscape. Ditambah pergerakan pupil mataku lambat. Makin lama. Tercatat dalam dua jam aku hanya berhasil membaca sekitar 20 halaman saja. Butuh waktu satu sampai dua pekan untuk menuntaskan satu buku.

Membaca buku digital dua jam, bukanlah hal mudah. Pace terasa lambat, belum lagi harus berdistraksi dengan notifikasi. Bisa, sih, sebetulnya notifikasi dimatikan. Namun, kalau dimatikan bikin aku overthinking: kalau ada pesan/panggilan penting, bagaimana? Kegiatan membaca jadi terganggu. Pada akhirnya hanya mengandalkan diri sendiri untuk komitmen dan bertahan terhadap kegiatan membaca. 

Begitu, deh. Kekurangan penglihatan bukan berarti tidak membaca sama sekali, kan? Lagi pula aku baru sadar, deh. Bisa membaca itu adalah anugerah. Aku ingat betul masa-masa aku masih bisa membaca buku fisik dengan leluasa. Saat itu aku masih SMP. Aku ingat betul, aku meminjam novel teman. Seingat aku judulnya Lapis Lazuli, novel klasik tentang kerajaan (mungkin historical romance). Baca di kamar, dalam sehari bisa aku habiskan. Padahal novelnya lumayan tebal. 

Mengingat masa-masa itu dan membandingkannya dengan masa sekarang. Ketika dahulu mata aku masih sehat hanya minus dan sekarang betul-betul sudah tidak bisa diajak kompromi. Membuatku tersadar betapa membaca buku adalah anugerah. Aku membayangkan bagaimana kalau suatu saat aku (jangan sampai) tidak bisa melihat sama sekali? Aku sudah tidak bisa lagi mendeteksi huruf demi huruf. Aku sudah tidak bisa lagi menemukan paragraf yang saling berkaitan ….

Membayangkan saja sudah bikin sedih betul. Oleh karena itu, mumpung sekarang masih dikasih bisa membaca harus membaca buku. Seiring dengan itu, di sisi lain aku pun Ikhtiar untuk memulihkan mataku. Bisa dibilang motivasi untuk bisa membaca buku fisik adalah salah satu pemicu Ikhtiar pengobatan mata. 

Selamat hari buku nasional

Book's Impact: Perjalanan Membaca

Sebetulnya sejak kecil aku sudah suka baca buku. Aku ingat ketika aku naksir dengan buku hadiah dari orangtuaku untuk kakak pertamaku. Buku itu khusus ditulis ceritanya untuk kakak pertamaku dan aku suka sekali membacanya karena ada ilustrasi. Bukunya hard cover dan berwarna biru tua, tipe-tipe buku anak. Kemudian aku ingat ketika Papi membelikan majalah Bobo waktu aku menginap di rumah Eyang. Soalnya di dalam majalah itu ada foto Debo (idola aku zaman nonton Idola Cilik 2). 

Kemudian berlanjut waktu SMP. Zaman-zaman shipper-an anak Idola Cilik 1, 2, dan 3 di notes Facebook. Omong-omong ke mana perginya notes Facebook? Dulu aku paling suka cerbung (cerita bersambung) karya Luluk HF judulnya Devil Enlovqer (sudah pernah dibuat film berjudul EL). Kemudian ada juga TACI (That’s All Cause Ify) katya Tri. Zaman itu aku masih suka berinteraksi dengan buku karena suka baca dari notes Facebook. Masuk SMA tahun 2013/2014 sampai tahun 2019 aku m jarang bahkan hampir tidak pernah berinteraksi dengan buku sama sekali. 

Pemicu yang membuat aku akhirnya berinteraksi kembali dengan buku adalah ketika aku memulai untuk belajar menulis di tahun 2019. Pada tahun itu aku mulai aktif di berbagai komunitas dan kelas kepenulisan. Dari semua kelas menulis yang aku ikuti, semua narasumber dan mentor mengatakan bahwa untuk menjadi penulis yang baik harus menjadi pembaca yang baik. Jadi, perjalanan membaca aku pun dimulai dari era 2020-an sampai saat ini. Sekarang aku masih belum menjadi pembaca yang baik karena masih belum konsisten. Namun, mulai tahun 2024 kemarin semenjak bergabung komunitas membaca, kegiatan membacaku jadi lebih intens dibandingkan sebelum-sebelumnya. Kemajuan yang baik~

Proses kegiatan membacaku juga mengalami revolusi. O, iya, mulai tahun 2020 aku lebih sering membaca buku digital di iPusnas. Untuk mulai berinteraksi lagi dengan buku setelah sekian lama, maka aku memilih buku-buku yang ringan terlebih dahulu untuk dibaca. Seperti: novel fantasi minor romance, teenlit, dan young adult, sesekali hisrom. Saat itu aku berpikir sepertinya aku tidak akan menyukai buku nonfiksi. Namun, mulai bulan November 2024 aku mulai baca buku nonfiksi pertamaku: Self Empowerment by NLP. Serius aku langsung jatuh cinta! 

Jujur, dulu aku suka heran dengan orang-orang yang suka sekali membaca buku nonfiksi daripada fiksi. Dulu aku selalu menilai bahwa buku nonfiksi terlalu menjenuhkan dan membosankan karena tidak memiliki alur seperti novel. Padahal, memoar merupakan bagian dari nonfiksi. Setelah beberapa bulan berjibaku dengan buku nonfiksi. Semua perspektif aku tentang nonfiksi berubah total. Bahwa tidak semua buku nonfiksi bersifat ilmiah. Banyak buku nonfiksi dengan gaya bahasa yang santai dan berisi.

Jadi, makasih buat Kak Ed sudah kasih rekomendasi buku Self Empowerment by NLP!!!

Perjalanan aku membaca buku memberikan banyak sekali manfaat dan kejutan yang tidak pernah kuduga sebelumnya.

Dampak membaca buku

Membantu Proses Kreatif Menulis

Seperti yang disampaikan banyak mentor narasumber bahwa penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Ketika mulai membaca buku di era pandemi. Memang butuh proses lama, tetapi tanpa disadari ketika menulis sudah tidak lagi sering merasa stuck. Perbendaharaan kata sedikit demi sedikit mulai bertambah. Bahkan, ketika rutin membaca buku nonfiksi, banyak ide baru untuk konten tulisan di blog.

Menjadi Volunter Komunitas Membaca

Sekitar awal tahun 2024, aku mulai bergabung dalam Komunitas 30 Hari Membaca. Awalnya aku bergabung sebagai anggota challenge. Namun, akhirnya aku inisiatif mengajukan diri sebagai PJ dan otomatis menjadi volunter dalam komunitas tersebut. Di luar dugaan, ternyata Komunitas C30HM menyediakan wadah untuk upgrade skill dan belajar percaya diri. Komunitas C30HM sering kali mengadakan event-event daring salah satunya Silent Reading. Para talent diambil dari para volunter. Saat itu aku sering mengajukan diri menjadi MC. Lambat laun aku menyadari ternyata aku anaknya suka tampil dan suka ngomong. Someday, aku kepengin jadi MC profesional. 

Melatih Public Speaking

Sebetulnya skill public speaking aku masih belum lancar. Namun, dengan aktif jadi MC di event Silent Reading dan mulai membaca buku nonfiksi. Aku mulai lebih suka berbicara. Aku jadi tahu cara menyampaikan isi kepala aku melalui lisan. Semenjak baca buku nonfiksi aku sering bikin konten bahas buku yang sudah kubaca di Instagram. Rasanya senang betul bisa berbagi isi buku sekaligus berkarya.

Menemukan Jawaban (Needs)

Membaca buku merupakan perjalanan ajaib dalam hidup aku. Salah satunya buku Self Empowerment by NLP. Terdapat satu bab yang membahas soal kuliah tidak kuliah. Bertahun-tahun aku lumayan minder karena tidak kuliah. Namun, buku memberikan asupan kepercayaan diriku untuk terus berkarya melalui tulisan. Banyak buku-buku yang menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Membaca buku bukan lagi soal sekadar kegiatan, melainkan perjalanan menemukan jawaban dan kebutuhan.

BISA juga disebut bahwa membaca buku membuat hidup aku lebih produktif. Meski belum menjadi pembaca yang baik, aku bersyukur karena diberi kesadaran betapa pentingnya membaca. Kalau punya rumah, pengin bikin perpustakaan mini, seru, deh. Membaca dan menulis adalah salah dua ‘sosok” yang membuatku tetap waras di dunia ini. Aku membayangkan kalau hidup aku tidak membaca dan Menulis, pasti akan suram.

Tidak apa-apa jika kemampuan membacaku masih terbilang lambat. Setidaknya untuk saat ini aku bisa mengkhususkan waktu untuk membaca buku. Membaca banyak buku dan banyak referensi memang merupakan suatu kehebatan. Akan tetapi, sedikit buku yang dibaca lebih baik daripada tidak membaca buku sama sekali.  Hari ini tepat sebagai hari buku nasional! Semoga buku makin banyak diproduksi supaya penulis dapat berdaya. Banyak buku-buku yang memberikan dampak baik untuk banyak orang. Selamat hari buku nasional!

Posting Komentar